Senin, 19 Juli 2010

Pacu Jalur Kuantan Singingi

Festival Pacu Jalur salah satu tujuan Wisata Riau yang masuk agenda Kalender Wisata Nasional, bahkan dijual untuk pariwisata internasional dalam Visit Indoensia Year 2008 serta Visit Riau 2009.

Pacu Jalur adalah perlombaan tradisional Kabupaten Kuantan Sengingi. Nama "Pacu Jalur" merupakan sebutan dari sampan panjang dengan nama Jalur yang digunakan untuk berpacu atau berlomba. Untuk tahun ini sudah dimulai sejak Rabu (20/8) lalu dan bekahir pada Minggu 24 Agustus.

Satu Jalur terdiri 50-an orang, dan mereka mendayung semua, kecuali dua orang yaitu satu anak kecil diujung depan sampan yang terkadang berdiri dan menari-menari mengikut irama dayung dan satu lagi berdiri seperti Pawang. Dia berperan sebagai pemberi irama dayung, sang Pawang bukan orang sembarangan karena tugasnya tidak mudah dalam bersinergi dengan lajunya Jalur karena perlombaan Pacu Jalur ini sangat sarat dengan nilai Magis.

Mereka berpacu di Sungai Kuantan yang dikenal dengan nama Batang Kuantan. Lintasan pacu kurang lebih 2 km. Aba-aba start, dengan meriam bambu, dimulai apabila ujung depan semua jalur sudah benar-benar pada satu garis lurus, memang tidak mudah melihat arus sungai yang tidak tenang.

Nah setelah melewati garis finish, semua peserta Pacu Jalur berputar balik dan menjalankan jalurnya lebih pelan ketika melewati Tribun VIP. Untuk final tahun 2008 yang mengisi tribun VIP Pacu Jalur adalah Sukarmis, Bupati Kuantan Sengingi saat ini. Hadiah untuk para juaranya lomba Pacu Jalur ini biasanya adalah berupa sapi atau kerbau yang jumlahnya bisa 7 ekor per jalur.

Teluk Kuantan – Event Nasional Pacu Jalur untuk tahun 2010 ini rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 29 Juli – 1 Agustus 2010. Mengingat pada bulan Agustus yang biasanya jadwal tetap even ini dilaksanakan kita sudah memasuki bulan Ramadhan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kuantan Singingi, Tarmis S.Pd di ruang multimedia kantor bupati (12/04/2010). Rapat ini juga dihadiri sejumlah kepala dinas dan badan di lingkungan Pemkab Kuansing, serta camat di wilayah Kabupaten Kuansing. Pihak kecamatan juga diminta menyosialisasikannya kepada masyarakat dimasing-masing kecamatan.
Sedangkan untuk pelaksanaan even pacu jalur tingkat kecamatan, rencananya akan dibahas dalam rapat selanjutnya. Namun kapan waktunya belum bisa dipastikan. Seperti yang diungkapkan Tarmis sebelumnya, di dalam pertemuan pelaksanaan pacu jalur tingkat kecamatan akan tetap dibagi atas tiga rayon. Rayon I Kecamatan Kuantan Hilir, Inuman dan Cerenti, rayon II Kecamatan Kuantan Mudik, Gunung Toar dan Hulu Kuantan dan rayon III Kecamatan Kuantan Tengah, Benai dan Pangean.
Untuk masing-masing lokasi pacu jalur tingkat kecamatan tahun ini belum ditentukan kecamatan mana yang akan menjadi tuan rumah.



A. Selayang Pandang

Pacu Jalur adalah sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kuantan Singingi (Kuansing) yang hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba dayung ini menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan yang oleh masyarakat sekitar juga sering disebut jalur. Upacara adat khas daerah Kuansing ini diselenggarakan setiap satu tahun sekali untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 23—26 Agustus. Panjang perahu/jalur yang digunakan dalam lomba ini berkisar antara 25—40 meter dengan jumlah atlet 40—60 orang tiap perahu. Biasanya, festival ini diikuti oleh ratusan perahu dan melibatkan beribu-ribu atlet dayung, serta dikunjungi oleh ratusan ribu penonton baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Konon, kegiatan lomba dayung ini merupakan warisan budaya masyarakat Kuantan Singingi yang telah berlangsung sejak tahun 1900-an. Perahu atau jalur, dahulu, sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi atau pun hasil hutan. Kebiasaan menggunakan perahu inilah yang mungkin merupakan cikal bakal kegiatan Pacu Jalur. Pada zaman penjajahan Belanda, Pacu Jalur juga dimanfaatkan oleh pemerintah Belanda untuk memeringati serta memeriahkan hari ulang tahun ratu mereka yang bernama Ratu Wilhelmina. Namun, semenjak Indonesia merdeka, Pacu Jalur berangsur-angsur dijadikan upacara khas untuk merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.


Pada awalnya, kegiatan Pacu Jalur hanya diikuti oleh segelintir masyarakat di sekitar daerah Kuantan Singingi. Namun, dalam perkembangannya, kegiatan ini banyak mendapat perhatian dan simpati dari berbagai kawasan, terutama daerah-daerah kawasan Riau dan sekitarnya serta mancanegara. Oleh karena itu, saat ini festival Pacu Jalur tidak hanya milik masyarakat Kuantan Singingi saja, melainkan telah menjadi pesta rakyat milik masyarakat Riau dan kawasan sekitarnya. Festival yang bernuasa tradisional ini telah ditetapkan masuk ke dalam Kalender Pariwisata Nasional (Major Event).

B. Keistimewaan
Kegiatan Pacu Jalur merupakan pesta rakyat yang terbilang sangat meriah. Bagi para wisatawan yang berkunjung ke acara ini dapat menyaksikan kemeriahan festival yang merupakan hasil karya masyarakat Kuantan Singingi ini.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Pacu Jalur merupakan puncak dari seluruh kegiatan, segala upaya, dan segala keringat yang mereka keluarkan untuk mencari penghidupan selama setahun. Pendeknya, Pacu Jalur selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Masyarakat Kuantan Singingi dan sekitarnya tumpah ruah menyaksikan acara yang ditunggu-tunggu ini. Karena meriahnya acara ini, konon beredar cerita, bahwa sepasang suami istri harus rela bercerai jika salah satu pasangannya dilarang mendatangi acara tersebut.
Selain sebagai event olahraga yang banyak menyedot perhatian masyarakat, festival Pacu Jalur juga mempunyai daya tarik magis tersendiri. Festival Pacu Jalur dalam wujudnya memang merupakan hasil budaya dan karya seni khas yang merupakan perpaduan antara unsur olahraga, seni, dan olah batin. Namun, masyarakat sekitar sangat percaya bahwa yang banyak menentukan kemenangan dalam perlombaan ini adalah olah batin dari pawang perahu atau dukun perahu.



Keyakinan magis ini dapat dilihat dari keseluruhan acara ini, yakni dari persiapan pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan perahu, hingga acara perlombaan dimulai, yang selalu diiringi oleh ritual-ritual magis. Pacu Jalur dengan demikian merupakan adu/unjuk kekuatan spiritual antar-dukun jalur. Selain perlombaan, dalam pesta rakyat ini juga terdapat rangkaian tontonan lainnya, di antaranya Pekan Raya, Pertunjukan Sanggar Tari, pementasan lagu daerah, Randai Kuantan Singingi, dan pementasan kesenian tradisional lainnya dari kabupaten/kota di Riau.
Para wisatawan yang berkunjung ke festival ini juga dapat mengunjungi obyek-obyek wisata lainnya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi penyelenggaraan acara ini, seperti Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban di Desa Lubuk Ambacang, dan Desa Wisata Sentajo yang menyimpan warisan rumat adat tradisional zaman dahulu.



C. Lokasi
Pacu Jalur diselenggarakan di pinggir Sungai Kuantan (Teluk Kuantan) yang juga terkenal dengan nama Tepian Narosa di Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau, Indonesia.

D. Akses
Lokasi Pacu Jalur yang berada di Tepian Narosa berjarak kira-kira 150 km dari Kota Pekanbaru ke arah selatan. Dengan menggunakan kendaraan pribadi roda empat, para wisatawan yang ingin menyaksikan event besar ini, cukup menempuh perjalanan sekitar tiga setengah jam dari Kota Pekanbaru. Alernatif lain untuk menuju lokasi acara pesta rakyat ini adalah menggunakan transportasi umum yang tersedia dari Kota Pekanbaru menuju Kota Kuantan Singingi. Namun, karena belum tersedia angkutan dalam kota di Kabupaten Kuantan Singingi, pengujung disarankan untuk menggunakan jasa ojek dan mobil pick up menuju lokasi pertunjukan.

E. Harga Tiket
Pengunjung yang menyaksikan festival ini tidak dipungut biaya.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Pemerintah kota setempat sedang merencanakan pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang di sekitar lokasi Festival Pacu Jalur ini, seperti WC umum, masjid, tribune penonton, menara air bersih, trotoar, wisma, hotel, speed boat penolong, posko kesehatan, warung makan, toko suvenir, dan lain-lain.

Berbagai cerita rakyat mewarnai dalam perkembangan sejarah pacu jalur. Salah satunya, soal cerita unsur magis yang menyertainya.
Karena kayu yang dijadikan itu memiliki mambang atau penunggu kayu. Maka si dukunlah yangmengetahui bagaimana cara untuk menaklukan kayu itu hingga ia bisa dijadikan jalur. Setelah dijadikan jalur, dari sudut pandang si dukun, kayu itu tetap hidup dan si dukun lah yang tahu bagaimana jalur itu bisa kencang dan itu pula sebabnya segala prosesi yang berkaitan dengan jalur itu mulai dari mencari, membuat, dan melepas jalur ke arena pacuan, peranan sang dukun sangat menentukan.
Setiap kayu yang akan dijadikan jalur itu memiliki mambang. Karena kayu itu berasal dari pohon besar yang usianya ratusan tahun. Hanya orang-orang yang memiliki ilmu kebatinan lah yang bisa melakukan itu. Tidak sembarang orang. Menariknya masyarakat Kuansing sendiri meyakini betul bahwasanya terjadinya kekacaun dari anak-anak pacu dalam mengayuh dayungnya, atau karamnya jalur yang dikendalikan, sakit perut satu atau dua orang anak pacu sebelum berlomba, itu disebabkan oleh peranan dukun jalur lawan.
Banyak faktor yang memengaruhi jalur bisa menjadi pemenang. Peranan anak pacu dalam keserasian mendayung, jalur itu sendiri dan peranan dukun pacu. Semuanya kompleks. Percaya atau tidak peranan dukun jalur sangat menentukanl.
Dukun jalur itu sudah berperanan sejak mulai dari memilih kayu yang akan dijadikan jalur hingga ke arena pacuan. Dia yang akan memberikan intruksi kapan waktu akan berangkat dari kandang (tempat daerah mereka menuju arena pacuan). Kapan berangkat dari tempat parkir jalur menuju garis start. Untuk berangkat ke pancang pertama garis start harus tepat pelangkahannya,tidak boleh berlawanan dengan arah angin. Karena Kalau berlawanan dengan arah angin akan membuat lajunya jalur terhambat oleh angin.

Untuk itulah sebelum turun berpacu seorang dukun akan menentukan kapan turun ke kandang, dan kapan menuju ke garis start. Sebelum berangkat ke garis start ada hal-hal yang mesti dilakukan dukun. Di antaranya ritual dengan menyiapkan limau purut, bunga tujuh warna dengan kemenyan yang kemudian dimantra-mantrai ke jalur. Tujuannya adalah agar jalur tetap stabil dan anak pacu dalam kondisi yang baik selama lomba.
Dan si dukun jalur juga mengetahui dan bisa memprediksi apakah jalur yang ditukanginya bisa menang. Hal ini kembali bergantung kepada kuat atau tidaknya mambang yang dimiliki jalur dan kehebatan dukun jalur lawan.
Percaya atau tidak, yang pasti magis itu ada. Dan sudah mentradisi dari generasi ke generasi. Tidak hanya di Kuansing tapi di Indonesia secara umum. Dan itulah salah satu dari keunikan dari keanekaragaman budaya Indonesia.



Pendapat saya :
Saya menyukai pacu jalur karena pacu jalur merupakan pesta rakyat kuantan singingi yang sudah turun temurun dari zaman nenek moyang sampai sekarang .